Manajemen pemasaran merupakan sebuah art dan science. Sebagai sebuah art,
manajemen pemasaran bersifat unik untuk setiap organisasi, sebagai sebuah science, ada sebuah prosedur yang sudah
baku dan bisa diikuti oleh setiap organisasi. Bagaimana menurut Anda,
menggabungkan art dan science dalam mengembangkan strategi
pemasaran yang baik.
Menurut Kotler dan Keller (2012, p.27) pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai
dengan pihak lain. Untuk definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan
sebagai “seni menjual produk,” tetapi orang heran mendengar bahwa bagian yang
paling penting di pemasaran adalah bukan penjualan. Penjualan itu hanya
merupakan ujung gunung es pemasaran.
Selanjutnya,
pemasaran sering dianggap dari perspektif yang berbeda. Pemasaran merupakan
gabungan antara sebuah art dan science
sehingga proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dapat
terjadi sekaligus memuaskan kedua belah pihak dan menghasilkan keuntungan. Kotler
dan Keller (2012, p.27) mendefinisikan manajemen
pemasaran sebagai sebuah “art” dan “science” untuk memilih pasar sasaran serta
mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan,
penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.
Pemasaran sebagai sebuah Seni (Art)
Pemasaran diakui oleh beberapa orang sebagai
sebuah seni atau kita bisa menyebutnya keindahan inovasi, kreativitas dan
imajinasi. Pemasaran juga merupakan sebuah seni karena
melibatkan cara-cara nonverbal, proses komunikasi yang melibatkan pesan halus
dan tersembunyi untuk audiens yang spesifik. Pemasaran dianggap sebuah seni karena beberapa
alasan, salah satunya karena menciptakan koneksi sadar dan bawah sadar antara
konsumen dengan iklan yang merupakan elemen penting dalam proses pemasaran.
Ketika
komunikasi pemasaran menggunakan seni maka akan memiliki kemampuan untuk masuk ke kepala seseorang
dengan cepat dan efisien. Pendekatan artistik dapat
membangun pengenalan
merek dengan cepat dan menciptakan citra merek yang kuat yang menghubungkan
dengan konsumen pada tingkat emosional jika pesan disampaikan dengan benar. Merek atau produk ini diakui dapat menciptakan sesuatu yang sangat kuat yang
menciptakan loyalitas emosional yang tinggi terhadap produk tersebut.
Sebagai
contoh, minyak goreng Tropical. Dalam iklan minyak goreng Tropical, mereka menggunakan atribut "MINYAK GORENG
2X PENYARINGAN" yang mampu menggerus pangsa pasar pemain-pemain yang lebih
dulu bercokol seperti Bimoli. Dengan atribut ini, Tropical ingin menciptakan
persepsi kalau minyak gorengnya sehat bagi jantung. Ini diperkuat Tropical
dengan menggandeng Yayasan Jantung Indonesia (YJI) sebagai TPO (Third Party Organization) endorser,
sehingga dalam kemasan Tropical, logo YJI diletakkan berdekatan dengan merek
Tropical. Slogan iklan Tropical dibuat sejalan dengan tema kesehatan yaitu “Sayangi Jantung
Anda”. .Dengan seni pemasaran, mereka langsung menangani
konsumen akhir mereka karena setiap ibu rumah tangga membuat keputusan makanan.
Hasilnya dengan sadar
dan tidak sadar merupakan ikatan emosional antara konsumen dan produk (brand) dikembangkan. Tapi karya seni dapat menyampaikan berbagai makna sehingga juga
tergantung pada bagaimana diterima. Jadi kita dapat mengatakan pemasaran dapat
menjadi pengalaman (unik), tapi
tergantung pada reaksi individu ke arah itu.
Gambar 2. Minyak goreng Tropical dengan atribut
“Minyak Goreng 2X Penyaringan”
Untuk
meningkatkan perasaan individu terhadap produk, perusahaan menggunakan banyak
warna, dan warna ini juga digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang
sangat artistik. Sebagai contoh jika kita memeriksa
logo COCA-COLA, apa yang mereka sampaikan?
Ketika
kita berpikir tentang warna merah, apa hal pertama yang muncul dalam pikiran
Anda? Love dan Power. Itulah mengapa Coca-Cola memilih warna
ini untuk logo karena kecerahan dan percikan dalam warna merah membawa daya
tarik dan meningkatkan produk.
Gambar 3. Coca-Cola
dengan logo warna merah yang melambangkan Love
dan Power
Jadi kita dapat
mengatakan "pemasaran adalah sebuah seni".
Pemasaran sebagai sebuah ilmu (science)
Untuk
memudahkan dalam memahami bahwa pemasaran sebagai sebuah ilmu, kita analogikan
pemasaran paling dekat dengan Psikologi yang secara luas diakui sebagai ilmu.
Psikologi adalah studi tentang pikiran dan perilaku dalam kaitannya dengan
bidang pengetahuan tertentu atau kegiatan (Merriam-Webster, Inc). The American Marketing Association dalam
Kotler dan Keller (2012, p.27) mendefinisikan pemasaran sebagai: "Kegiatan, mengatur lembaga, dan proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, memberikan, dan bertukar penawaran yang
memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya."
Seperti
yang ditunjukkan oleh definisi AMA di atas, pemasaran melibatkan komunikasi
nilai yang diberikan kepada kelompok konsumen. Kita
percaya bahwa penentuan nilai ini adalah proses ilmiah karena melibatkan
kognitif mempelajari calon konsumen dalam berbagai cara untuk menghasilkan
hasil yang menguntungkan bagi pemasar. Sementara gagasan ini dapat dikatakan sebagai ilmu eksak. Proses penentuan nilai calon
pelanggan menggunakan array yang luas dari metodologi penelitian, analisis
data, angka-angka, metrik, survei, model peramalan, dan alat-alat lain yang
membantu seseorang atau komunikasinya untuk mendapatkan hasil yang
menguntungkan (yaitu pelanggan membeli apa yang Anda jual). Namun, karena penjualan lebih dari alat
komunikasi dan sering kali pemasaran keliru digambarkan sebagai penjualan.
Pemasaran tidak hanya meliputi kegiatan menjual tapi proses terus-menerus untuk
memperoleh titik data dan menganalisa titik-titik data melalui model matematika
atau ilmu pengetahuan untuk lebih memahami kebutuhan pelanggan. Kita dapat megatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pendekatan yang lebih obyektif untuk pemasaran dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif untuk memprediksi hasil masa depan.
Beberapa argumen untuk lebih meningkatkan pemahaman
tentang pemasaran sebagai sebuah art
and science:
Marketing
is both Art and Science
Banyak yang menganggap bahwa pemasaran adalah "seni" sebuah
bisnis.Memang
benar bahwa pemasaran yang baik akan bergantung pada tingkat besarnya kreativitas
dan pemikiran otak kanan. Hal
ini jarang dapat direduksi menjadi formula, statistik, dan aturan-aturan
keputusan.
Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa pemasaran yang baik merupakan
kreativitas yang berakar kuat dalam data. Pemasaran yang paling
baik dipahami sebagai tempat pertemuan untuk data dan intuisi, analisis dan
kreativitas, pemikiran otak kiri dan otak kanan.
Berikut adalah contoh kasus ketika
pemasaran menggunakan ketidakseimbangan seni atau ilmu,
menganggap bahwa pemasaran adalah semua
tentang ilmu pengetahuan, tapi tidak. Sementara kita dapat memprediksi
perilaku konsumen dan pasar dengan menggunakan metode ilmiah, keputusan
berdasarkan hasil ilmiah tidak selalu benar. Ambil contoh Coca-Cola misalnya. Mereka melakukan
riset pasar yang luas ketika mengembangkan produk baru – Coca Cola “baru”.
Mayoritas peserta dalam penelitian ini adalah mereka yang sangat positif
terhadap Coca Cola “baru”. Manajemen mendasarkan
keputusan mereka pada hasil-hasil riset dan yakin akan sukses ketika
mereka meluncurkan produk baru tersebut. Mereka kembali dengan angka analisis kuantitatif dan
mengklaim bahwa survei mereka mengatakan bahwa Coca Cola "baru" akan sepopuler soft drink yang paling trendi yang pernah ada.
Apa yang terjadi? Itu adalah bencana. Orang-orang menuntut Coca Cola “classic” kembali. Bahkan, Coca-Cola
harus meluncurkan Coca Cola “classic” ke pasar karena kegagalan Coca Cola
“baru”. Terlepas dari tingkat
investasi dan riset pasar yang besar, produk gagal dan buruk. Riset
tersebut gagal untuk mempertimbangkan
ikatan emosional yang telah dibangun selama bertahun-tahun dan ini tidak
sepenuhnya diukur dalam riset. Disini terlihat bahwa Coca Cola adalah keputusan pembelian
berbasis emosional. Hal ini menunjukkan bahwa pemasaran tidak hanya
cukup sekedar ilmu pengetahuan.
Nilai unsur "kreatif" dari kampanye pemasaran dapat menjadi sulit untuk diukur, terutama di dunia di mana ukuran keberhasilan
adalah Return on Investment (ROI). Bagaimana kita bisa mengukur dampak kreatif dalam pemasaran
suatu produk dan kita bisa yakin bahwa ini adalah faktor yang
menentukan dalam keberhasilan suatu kampanye? Seni mengambil
pendekatan subyektif untuk metode dalam pemasaran (Saunders, 2009). Konsumen memandang bahwa pemasaran dipengaruhi oleh banyak faktor,
beberapa diantaranya yaitu sifatnya kuantitatif dan beberapa subyektif, citra
merek, dengan melihat atau merasakan, dan beberapa orang berdasarkan pengalaman pribadi.
Coca Cola menunjukkan risiko bahwa mereka tidak
memahami aspek "soft" atau
emosional pemasaran, dan hanya mengandalkan
data dan survei untuk menentukan strategi. Jelas bahwa pemahaman psikologi konsumen sangat
penting dalam positioning suatu produk. Panel konsumen dan
segmentasi ekonomi sosial dicoba dan diuji dengan metodologi yang baik dari
peluncuran suatu produk. Kebutuhan analisis ilmiah dalam
pemasaran jelas, tetapi apakah ilmu pengetahuan saja
cukup?
Pemasaran
yang baik membutuhkan campuran ilmu pengetahuan dan seni. Ilmu harus menjadi blok
bangunan pemasaran apapun, misalnya dengan menggunakan model perilaku belanja konsumen
atau demografis target pelanggan. Data ini akan menjadi
dasar dari bauran pemasaran. Berdasarkan seni, suatu produk dapat mengambil
alih dalam hal mengembangkan
pesan kepada konsumen yang tepat pada waktu yang tepat dengan cara yang paling
berdampak.
Seni menyediakan amunisi dalam
bentuk desain produk dan pesan emosional dalam bentuk gabungan proposisi untuk
konsumen, dan ilmu mengarahkan ini kepada kelompok pelanggan terbaik ke arah
perolehan barang atau jasa. Produk atau jasa yang berbeda
akan memiliki tingkat yang berbeda dari pembelian emosional atau rasional yang melekat pada
mereka dan sebagai konsekuensinya keseimbangan antara seni atau ilmu akan
berbeda-beda.
Kesimpulannya,
pemasaran merupakan
gabungan antara sebuah seni dan ilmu. Beberapa perusahaan akan mengatakan
bahwa mereka mengadopsi pendekatan murni kesenian atau karya ilmiah sedangkan
pada kenyataannya seni dan ilmu selalu hadir untuk beberapa derajat atau
lainnya. Untuk pemasaran yang efektif dan
memberikan ROI yang diminta oleh organisasi saat ini, pemasaran “adalah” dan “akan” selalu
berada di antara keduanya. Pemasaran adalah
sebuah seni yang harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Menggunakan ilmu
pengetahuan untuk menentukan keputusan besar dan menggunakan seni untuk
nuansanya. Yang paling penting ilmu pengetahuan harus memimpin dan mengukur, sedangkan
seni harus menginspirasi dan menciptakan, sehingga bisa mengembangkan strategi
pemasaran yang baik.
artikel yang sangat bagus ...
BalasHapusterimakasih
tempat tidur bayi
Terima kasih...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusakhirnya ketemu juga alasan dari manajemen sebagai ilmu seni dan sebagainya. thanks ya.
BalasHapusSama2...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskenapa tidak ada daftar pustakanya y mbak
BalasHapus