Dua orang pengembara sedang melakukan perjalanan. Mereka tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang hanya ada pasir membentang. Jejak-jejak kaki mereka meliuk-liuk di belakang. Membentuk kurva yang berujung di setiap langkah yang mereka tapaki. Debu-debu pasir yang beterbangan memaksa mereka berjalan merunduk.
Tiba-tiba badai datang. Angin besar menerjang mereka. Hembusannya membuat tubuh dua pengembara itu limbung. Pasir betebaran di sekeliling mereka. Pakaian mereka mengelepak, menambah berat langkah mereka yang terbenam di pasir. Mereka saling menjaga dengan tangan berpegangan erat. Mereka mencoba melawan ganasnya badai.
Badai reda, tapi musibah lain menimpa mereka. Kantong bekal air minum mereka terbuka saat badai tadi. Isinya tercecer. Entah gundukan pasir mana yang meneguknya. Kedua pengembara itu duduk tercenung, menyesali kehilangan itu. "Ah.., tamatlah riwayat kita," kata pengembara pertama. Lalu ia menulis di pasir dengan ujung jarinya. "Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini."
Kawannya, si pengembara dua pun tampak bingung. Namun, mencoba tabah. Membereskan perlengkapannya dan mengajak kawannya melanjutkan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang pasir, mereka melihat ada oase di kejauhan. "Kita selamat," seru salah seorang di antara mereka. "Lihat, ada air di sana".
Dengan sisa tenaga yang ada, mereka berlari ke oase itu. Untung, bukan fatamorgana. Benar-benar sebuah kolam. Meski kecil tapi airnya cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuas-puasnya dan mengisi kantong air. Sambil beristirahat, pengembara pertama mengeluarkan pisau genggamnya dan memahat di atas sebuah batu. "Kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini.”
Pengembara kedua heran. "Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi kau menulis di pasir?" Yang ditanya tersenyum. "Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu di pasir. Biarkan angin keikhlasan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus," jawabnya dengan bahasa cukup puitis. "Namun, ingatlah saat kita mendapat kebahagiaan. Pahatlah kemuliaan itu di batu agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangan kesenangan itu di kerasnya batu agar tak ada yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan." Keduanya bersitatap dalam senyum mengembang. Bekal air minum telah didapat, istirahat pun telah cukup, kini saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Kedua pengembara itu melangkah dengan ringan seringan angin yang bertiup mengiringi.
Teman, kesedihan dan kebahagiaan selalu hadir Berselang-seling mewarnai panjangnya hidup ini. Keduanya mengguratkan memori di hamparan pikiran dan hati kita. Namun, adakah kita bersikap seperti pengembara tadi, yang mampu menuliskan setiap kesedihan di pasir agar angin keikhlasan membawanya pergi? Adakah kita ini sosok tegar yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan?
Teman, cobalah untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu di dalam kekokohan hati kita agar tak ada yang mampu menghapusnya. Torehkan kenangan bahagia itu agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. Insya Allah, dengan begitu kita akan selalu optimistis dalam mengarungi panjangnya hidup ini.
Disadur dari buku :
Kekuatan Cinta “30 Nasihat Bagi Jiwa Perindu Nur Illahi”.
Irfan Toni Herlambang.
Welcome
Welcome to my blog.... Mari belajar...
Kamis, 30 Mei 2013
Paku dan Marah
Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya berusaha keras untuk membuang sifat buruk anaknya. Suatu hari ia memanggil anaknya dan memberinya sekantong paku. Paku? Ya, paku !
Sang anak heran. Tapi, bibir ayahnya justru membentuk senyum bijak. Dengan suaranya yang lembut ia berkata kepada anaknya agar memakukan sebuah paku dipagar belakang rumah setiap kali marah. Ajaib! Di hari pertama, sang anak menancapkan 48 paku ! Begitu juga hari kedua, ketiga dan beberapa hari selanjutnya. Tapi, tak berlangsung lama. Setelah itu jumlah paku yang tertancap berkurang secara bertahap. Ia menemukan fakta bahwa lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan begitu banyak paku ke pagar. Akhirnya, kesadaran itu membuahkan hasil. Si anak telah bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabaran. Ia bergegas memberitahukan hal itu kepada ayahnya. Sang ayah tersenyum. Kemudian meminta si anak agar mencabut satu paku untuk setiap hari di mana dia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya berhasil mencabut semua paku yang pernah ditancapkannya. Ia bergegas melaporkan kabar gembira kepada ayahnya. Sang Ayah bangkit dari duduknya dan menuntun si anak melihat pagar di belakang rumah itu. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku. Tapi, lihatlah lubang-lubang dipagar ini. PAgar ini tidak akan pernah sama seperti sebelumnya,” kata si ayah bijak. Sang ayah sengaja memotong kalimatnya pendek-pendek agar si anak bisa mencerna maksudnya dengan baik. Si anak menatap ayahnya dengan sikap menunggu apa kelanjutan ujaran anaknya itu. “ Ketika kamu melontarkan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu itu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau kepada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi, tidak peduli brapa kali kamu akan meminta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan, luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik, “ ucap sang ayah lembut namun sarat. Sang anak membalas tatapan lembut ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Pelajaran yang diberikan ayahnya begitu tajam menghujam relung hatinya. Teman, saling memaafkan mungkin bisa mengobati banyak hal. Tapi, akan sirna maknanya saat kita mengulang kesalahan serupa. Padahal, lubang bekas cabutan paku yang sebelumnya masih menganga. Jadi berhati-hatilah teman. Semoga Allah melembutkan hati kita dan menghiasinya dengan sifat sabar tanpa tepi. Aamiin.
Diambil dari Buku : Kekuatan Cinta karya Irfan Toni Herlambang
Sang anak heran. Tapi, bibir ayahnya justru membentuk senyum bijak. Dengan suaranya yang lembut ia berkata kepada anaknya agar memakukan sebuah paku dipagar belakang rumah setiap kali marah. Ajaib! Di hari pertama, sang anak menancapkan 48 paku ! Begitu juga hari kedua, ketiga dan beberapa hari selanjutnya. Tapi, tak berlangsung lama. Setelah itu jumlah paku yang tertancap berkurang secara bertahap. Ia menemukan fakta bahwa lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan begitu banyak paku ke pagar. Akhirnya, kesadaran itu membuahkan hasil. Si anak telah bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabaran. Ia bergegas memberitahukan hal itu kepada ayahnya. Sang ayah tersenyum. Kemudian meminta si anak agar mencabut satu paku untuk setiap hari di mana dia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya berhasil mencabut semua paku yang pernah ditancapkannya. Ia bergegas melaporkan kabar gembira kepada ayahnya. Sang Ayah bangkit dari duduknya dan menuntun si anak melihat pagar di belakang rumah itu. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku. Tapi, lihatlah lubang-lubang dipagar ini. PAgar ini tidak akan pernah sama seperti sebelumnya,” kata si ayah bijak. Sang ayah sengaja memotong kalimatnya pendek-pendek agar si anak bisa mencerna maksudnya dengan baik. Si anak menatap ayahnya dengan sikap menunggu apa kelanjutan ujaran anaknya itu. “ Ketika kamu melontarkan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu itu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau kepada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi, tidak peduli brapa kali kamu akan meminta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan, luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik, “ ucap sang ayah lembut namun sarat. Sang anak membalas tatapan lembut ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Pelajaran yang diberikan ayahnya begitu tajam menghujam relung hatinya. Teman, saling memaafkan mungkin bisa mengobati banyak hal. Tapi, akan sirna maknanya saat kita mengulang kesalahan serupa. Padahal, lubang bekas cabutan paku yang sebelumnya masih menganga. Jadi berhati-hatilah teman. Semoga Allah melembutkan hati kita dan menghiasinya dengan sifat sabar tanpa tepi. Aamiin.
Diambil dari Buku : Kekuatan Cinta karya Irfan Toni Herlambang
Jembatan
Dua orang bersaudara tinggal di suatu ladang. Dulu mereka hidup nyaman, saling bantu, dan saling tolong. Namun, karena suatu masalah, kini mereka berselisih. Kasih sayang yang berlangsung selama hidup berdampingan sepuluh tahun sirna dalam sekejap. Awalnya hanya kesalahpahaman kecil. Lalu menjadi saling ejek dan saling maki, setelah tak bertegur sapa selama seminggu.
Pada suatu pagi si kakak kedatangan tamu. Rupanya seorang tukang kayu yang datang lengkap dengan kotak perkakasnya.“Saya mencari kerja. Apakah anda punya pekerjaan buat saya?” tanya si tukang kayu itu.“O ya,” kata si Kakak. “Saya punya satu pekerjaan untukmu. Coba lihat di sana, di ladang sebelah sana. Di sana tinggal tetangga saya. Ehmm, sebenarnya adik saya. Dua minggu lalu dia membuat masalah dengan saya. Sebelumnya di sana ada sebuah tanah lapang, tapi dia telah menguruk tanah itu dan kini ada sebuah lembah kecil di sana. Mungkin ia ingin membatasi tanahnya dengan lembah itu.”
“Tapi,” dia berkata lagi, “Saya bisa lakukan yang lebih baik daripada dia. Kamu lihat kumpulan kayu yang di lumbung itu? Saya ingin kamu membuat pagar. Dan ingat, tingginya harus 10 meter sehingga dia tak akan bisa lagi melihat ladang saya lagi. Saya ingin memberinya pelajaran.”
“Baiklah, saya bisa mengerti masalahnya,” jawab si tukang kayu. “Sekarang, tunjukkan dimana palu dan paku supaya saya bisa mulai bekerja. Saya akan membuat Anda senang dengan pekerjaan saya ini.”
Sang kakak menunjukkan tempat perkakas miliknya, lalu pergi ke kota untuk membeli beberapa barang sehari-hari. Ia juga berpesan kepada si tukang kayu untuk menyelesaikan tugasnya itu dalam seminggu. Jadi, selesai tepat saat ia kembali dari kota.
Tibalah saat itu. Matahari hampir tenggelam ketika sang kakak tiba dari kota. Ia langsung menuju “perbatasan” ladang itu. Matanya terbelalak. Betapa kagetnya ia, sebab di sana tidak dilihatnya pagar. Yang ada justru sebuah jembatan yang menghubungkan ladangnya dengan ladang adiknya. Di ujung jalan yang lainnnya, sang adik ternyata telah berdiri sambil melambai-lambaikan tangan. Dalam temaram senja kedua kakak-beradik itu bertemu di tengah jembatan.
Sang adik berkata, “Kak, engkau begitu baik telah membuatkan satu jembatan buat kita berdua. Padahal aku yang memulai segalanya. Aku yang membuat lembah ini sebagai batas di antara kita. Engkau begitu baik, walaupun atas segala yang pernah kuucapkan dan telah kuperbuat.”
Sang kakak tak menyangka seperti ini kejadiannya. Sebenarnya ia ingin juga membuat batas di antara mereka. Kedua tangan kakak-beradik itu lalu terbuka untuk saling berpelukan. Di tempat yang agak jauh si tukang kayu menyaksikan adegan itu. Kemudian memanggung pekakasnya. Bersiap pergi. Tapi, ekor mata si kakak segera menangkapnya.
“Heii…tunggu! Jangan pergi! Aku punya pekerjaan lain untukmu,” teriak si kakak memanggil si tukang kayu.“Saya ingin sekali berada di sini dan merasakan kebahagiaan kalian,” kata si tukang kayu. “Tapi, masih banyak jembatan lagi yang harus kubangun. Terima kasih.”
Teman, jembatan antarmanusia adalah cinta dan kasih sayang. Dalam cinta kita akan menemukan saling pengertian, pengharapan, welas asih, perhatian, peneguhan, dukungan, semangat, dan banyak hal lainnya. Jika tak bisa menemukan cara untuk memberikan kasih kepada banyak orang, setidaknya kitapunya cara untuk mengingat bahwa kita telah lakukan yang terbaik.
Sesungguhnya yang kita butuhkan hanyalah sedikit sentuhan bahwa sebenarnya kita adalah satu dan punya keinginan yang sama:DICINTAI dan MENCINTAI.
Sumber : “Kekuatan Cinta”, halaman 64, Irfan Toni Herlambang
Pada suatu pagi si kakak kedatangan tamu. Rupanya seorang tukang kayu yang datang lengkap dengan kotak perkakasnya.“Saya mencari kerja. Apakah anda punya pekerjaan buat saya?” tanya si tukang kayu itu.“O ya,” kata si Kakak. “Saya punya satu pekerjaan untukmu. Coba lihat di sana, di ladang sebelah sana. Di sana tinggal tetangga saya. Ehmm, sebenarnya adik saya. Dua minggu lalu dia membuat masalah dengan saya. Sebelumnya di sana ada sebuah tanah lapang, tapi dia telah menguruk tanah itu dan kini ada sebuah lembah kecil di sana. Mungkin ia ingin membatasi tanahnya dengan lembah itu.”
“Tapi,” dia berkata lagi, “Saya bisa lakukan yang lebih baik daripada dia. Kamu lihat kumpulan kayu yang di lumbung itu? Saya ingin kamu membuat pagar. Dan ingat, tingginya harus 10 meter sehingga dia tak akan bisa lagi melihat ladang saya lagi. Saya ingin memberinya pelajaran.”
“Baiklah, saya bisa mengerti masalahnya,” jawab si tukang kayu. “Sekarang, tunjukkan dimana palu dan paku supaya saya bisa mulai bekerja. Saya akan membuat Anda senang dengan pekerjaan saya ini.”
Sang kakak menunjukkan tempat perkakas miliknya, lalu pergi ke kota untuk membeli beberapa barang sehari-hari. Ia juga berpesan kepada si tukang kayu untuk menyelesaikan tugasnya itu dalam seminggu. Jadi, selesai tepat saat ia kembali dari kota.
Tibalah saat itu. Matahari hampir tenggelam ketika sang kakak tiba dari kota. Ia langsung menuju “perbatasan” ladang itu. Matanya terbelalak. Betapa kagetnya ia, sebab di sana tidak dilihatnya pagar. Yang ada justru sebuah jembatan yang menghubungkan ladangnya dengan ladang adiknya. Di ujung jalan yang lainnnya, sang adik ternyata telah berdiri sambil melambai-lambaikan tangan. Dalam temaram senja kedua kakak-beradik itu bertemu di tengah jembatan.
Sang adik berkata, “Kak, engkau begitu baik telah membuatkan satu jembatan buat kita berdua. Padahal aku yang memulai segalanya. Aku yang membuat lembah ini sebagai batas di antara kita. Engkau begitu baik, walaupun atas segala yang pernah kuucapkan dan telah kuperbuat.”
Sang kakak tak menyangka seperti ini kejadiannya. Sebenarnya ia ingin juga membuat batas di antara mereka. Kedua tangan kakak-beradik itu lalu terbuka untuk saling berpelukan. Di tempat yang agak jauh si tukang kayu menyaksikan adegan itu. Kemudian memanggung pekakasnya. Bersiap pergi. Tapi, ekor mata si kakak segera menangkapnya.
“Heii…tunggu! Jangan pergi! Aku punya pekerjaan lain untukmu,” teriak si kakak memanggil si tukang kayu.“Saya ingin sekali berada di sini dan merasakan kebahagiaan kalian,” kata si tukang kayu. “Tapi, masih banyak jembatan lagi yang harus kubangun. Terima kasih.”
Teman, jembatan antarmanusia adalah cinta dan kasih sayang. Dalam cinta kita akan menemukan saling pengertian, pengharapan, welas asih, perhatian, peneguhan, dukungan, semangat, dan banyak hal lainnya. Jika tak bisa menemukan cara untuk memberikan kasih kepada banyak orang, setidaknya kitapunya cara untuk mengingat bahwa kita telah lakukan yang terbaik.
Sesungguhnya yang kita butuhkan hanyalah sedikit sentuhan bahwa sebenarnya kita adalah satu dan punya keinginan yang sama:DICINTAI dan MENCINTAI.
Sumber : “Kekuatan Cinta”, halaman 64, Irfan Toni Herlambang
Segenggam Garam
Ada seorang tua yang bijak. Suatu pagi ia kedatangan anak muda . langkahnya gontai, air mukanya ruwet. Ia seperti sedang dirundung masalah. Anak muda itu menumpahkan semua maslahnya. Pak tua yang bijak mendengarkan dengan seksama.. Setelah tamunya tuntas bercerita, tiba tiba orang tua itu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya utnuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas. Diaduknya perlahan.
Minum dan katakan bagaimana rasanya!” kata pak tua itu singkat.
”Puih...!” Sang tamu meludah ke samping. ”Asin sekali. Tenggorokanku seperti tercekik,’ kata si pemuda itu lagi. Pak tua itu tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ketepian telaga di dalam hutan tak jauh dari tempat tinggalnya. Pak tua itu menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu diaduknya telaga itu.
”Ambil air dari telaga ini dan minumlah!” Setelah si pemuda selesai meneguk air itu pak tua bertanya, ”Bagaimana rasanya?” Segar , jawab pemuda itu. ”Apakah kamu merasakam garam di dalam air tiu?” ”Tidak”.
Pak tua itu tersenyum bijak. Ia menepuk punggung si pemuda dengan lembut. Dibimbingnya anak muda itu duduk bersimpuh di sisi telaga.
”Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layak segenggam garam. Tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya sama, dan memang akan tetap sama,” tutur pak tua.
”Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki, Kepahitan itu akan terasa tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak tua itu menatap si pemuda lembut. ”Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” Setelah itu keduanya beranjak pulang.
Hari ini mereka sama sam belajar. Pak tua bijak itu kembali menyimpan, ”Segenggam garam” untuk anak muda lain yang mungkin datang membawa keresahan jiwa.
Sumber : Kekuatan Cinta, 30 Nasihat Bagi jiwa Perindu Nur Ilahi, Irfan Toni Herlambang
Minum dan katakan bagaimana rasanya!” kata pak tua itu singkat.
”Puih...!” Sang tamu meludah ke samping. ”Asin sekali. Tenggorokanku seperti tercekik,’ kata si pemuda itu lagi. Pak tua itu tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ketepian telaga di dalam hutan tak jauh dari tempat tinggalnya. Pak tua itu menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu diaduknya telaga itu.
”Ambil air dari telaga ini dan minumlah!” Setelah si pemuda selesai meneguk air itu pak tua bertanya, ”Bagaimana rasanya?” Segar , jawab pemuda itu. ”Apakah kamu merasakam garam di dalam air tiu?” ”Tidak”.
Pak tua itu tersenyum bijak. Ia menepuk punggung si pemuda dengan lembut. Dibimbingnya anak muda itu duduk bersimpuh di sisi telaga.
”Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layak segenggam garam. Tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya sama, dan memang akan tetap sama,” tutur pak tua.
”Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki, Kepahitan itu akan terasa tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak tua itu menatap si pemuda lembut. ”Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” Setelah itu keduanya beranjak pulang.
Hari ini mereka sama sam belajar. Pak tua bijak itu kembali menyimpan, ”Segenggam garam” untuk anak muda lain yang mungkin datang membawa keresahan jiwa.
Sumber : Kekuatan Cinta, 30 Nasihat Bagi jiwa Perindu Nur Ilahi, Irfan Toni Herlambang
Rabu, 29 Mei 2013
Cara Mudah Melupakan Mantan Pacar Terdahulu
Cara mudah melupakan mantan pacar terdahulu memang sulit. Karena sejatinya mencintai lebih mudah dari pada melupakan. Kali ini blog diawali akan memberikan cara mudah melupakan mantan pacar terdahulu. Tips berikut ini dikutip dari penulis buku 'You Are Not Your Brain' yaitu Rebecca Gladding, M.D. Menurutnya apabila anda dapat menangani masalah putus cinta dengan cara tepat, maka anda juga bisa lebih cepat melupakan pria tersebut dan melanjutkan hidup. Namun bagaimana caranya? Gladding memberikan empat buah tips untuk menangani masalah itu.
1. Pertama Lakukan Peraturan 30 Menit
Anda pastinya sering berpikir untuk mengajak jalan mantan pacar bertemu pada akhir pekan karena Anda merindukannya. Pikirkanlah kembali, mungkin pada saat itu Anda hanya sedang merasa kesepian atau sedang bosan, dan dialah yang selama ini selalu ada untuk membantu mengusir perasaan-perasaan semacam itu.
Untuk mengatasi hal ini, gunakanlah peraturan 30 menit. Ketika Anda ingin menghubungi mantan pacar, lakukan hal lain yang dapat mengalihkan perhatian seperti berolahraga atau menonton film favorit. Hal ini memang terdengar sederhana dan klise, namun mengalihkan perhatian selama 30 menit dapat mengurangi keinginan untuk menghubungi si mantan pacar. "Anda akan menyadari bahwa keinginan tersebut hanyalah sementara, dan ada hal lain yang lebih menyenangkan untuk dilakukan," Ujar Gladding.
2. Kenali Pemicunya
Cobalah berpikir sejenak, apakah yang membuat Anda kembali teringat kepada mantan pacar? Menurut Gladding, setiap wanita mempunyai pemicu yang berbeda-beda, hal tersebut bisa berbentuk apa saja, misalnya lagu favorit Anda berdua, restoran yang sering dikunjungi bersama, dan sebagainya. Terlalu sering melihat profil facebook sang mantan pacar adalah pemicu yang paling umum, maka dari itu untuk sementara waktu cobalah untuk menghindari membuka akun Facebook sang mantan atau simpan barang-barang pemberiannya di tempat yang sulit ditemukan.
3. Telepon Teman Terdekat
Cara untuk mengalihkan perhatian yang paling tepat adalah mengobrol dengan sahabat. Mungkin terdengar sangat klise, namun cara ini benar-benar bisa membantu Anda ketika berada dalam masa-masa sulit seperti putus cinta. Tetapi masalahnya, ketika berbicara dengan seorang teman, seringkali Anda menyetir omongan ke arah si mantan pacar, seperti menceritakan hal-hal tentang hubungan yang telah usai itu. Hindari percakapan seperti itu, karena hanya akan membuat Anda merasa lebih buruk. Lebih baik bicarakan hal menyenangkan seperti merencanakan liburan.
4. Buatlah Daftar
Coba pikirikan 3 alasan mengapa Anda lebih baik tanpa dirinya, apakah karena ia tidak menyukai orang tua Anda, atau ia tidak pernah mendukung keputusan Anda, atau ia memiliki selera yang aneh dalam berpakaian. Melihat hubungan dari segi positif memang sangat menyenangkan, tapi lebih penting untuk melihat kenyataan yang terjadi di dalam hubungan.
"Ketika Anda menyadari bahwa pada kenyataannya ada alasan untuk menjadi lebih bahagia tanpa sang mantan kekasih, maka Anda dapat membuang segala keinginan untuk kembali kepadanya hanya karena rasa nyaman," ujar Gladding.
Demikianlah beberapa cara mudah melupakan mantan pacar terdahulu. Semoga dapat bermanfaat untuk anda yang sulit melupakan mantan pacar.
1. Pertama Lakukan Peraturan 30 Menit
Anda pastinya sering berpikir untuk mengajak jalan mantan pacar bertemu pada akhir pekan karena Anda merindukannya. Pikirkanlah kembali, mungkin pada saat itu Anda hanya sedang merasa kesepian atau sedang bosan, dan dialah yang selama ini selalu ada untuk membantu mengusir perasaan-perasaan semacam itu.
Untuk mengatasi hal ini, gunakanlah peraturan 30 menit. Ketika Anda ingin menghubungi mantan pacar, lakukan hal lain yang dapat mengalihkan perhatian seperti berolahraga atau menonton film favorit. Hal ini memang terdengar sederhana dan klise, namun mengalihkan perhatian selama 30 menit dapat mengurangi keinginan untuk menghubungi si mantan pacar. "Anda akan menyadari bahwa keinginan tersebut hanyalah sementara, dan ada hal lain yang lebih menyenangkan untuk dilakukan," Ujar Gladding.
2. Kenali Pemicunya
Cobalah berpikir sejenak, apakah yang membuat Anda kembali teringat kepada mantan pacar? Menurut Gladding, setiap wanita mempunyai pemicu yang berbeda-beda, hal tersebut bisa berbentuk apa saja, misalnya lagu favorit Anda berdua, restoran yang sering dikunjungi bersama, dan sebagainya. Terlalu sering melihat profil facebook sang mantan pacar adalah pemicu yang paling umum, maka dari itu untuk sementara waktu cobalah untuk menghindari membuka akun Facebook sang mantan atau simpan barang-barang pemberiannya di tempat yang sulit ditemukan.
3. Telepon Teman Terdekat
Cara untuk mengalihkan perhatian yang paling tepat adalah mengobrol dengan sahabat. Mungkin terdengar sangat klise, namun cara ini benar-benar bisa membantu Anda ketika berada dalam masa-masa sulit seperti putus cinta. Tetapi masalahnya, ketika berbicara dengan seorang teman, seringkali Anda menyetir omongan ke arah si mantan pacar, seperti menceritakan hal-hal tentang hubungan yang telah usai itu. Hindari percakapan seperti itu, karena hanya akan membuat Anda merasa lebih buruk. Lebih baik bicarakan hal menyenangkan seperti merencanakan liburan.
4. Buatlah Daftar
Coba pikirikan 3 alasan mengapa Anda lebih baik tanpa dirinya, apakah karena ia tidak menyukai orang tua Anda, atau ia tidak pernah mendukung keputusan Anda, atau ia memiliki selera yang aneh dalam berpakaian. Melihat hubungan dari segi positif memang sangat menyenangkan, tapi lebih penting untuk melihat kenyataan yang terjadi di dalam hubungan.
"Ketika Anda menyadari bahwa pada kenyataannya ada alasan untuk menjadi lebih bahagia tanpa sang mantan kekasih, maka Anda dapat membuang segala keinginan untuk kembali kepadanya hanya karena rasa nyaman," ujar Gladding.
Demikianlah beberapa cara mudah melupakan mantan pacar terdahulu. Semoga dapat bermanfaat untuk anda yang sulit melupakan mantan pacar.
Minggu, 19 Mei 2013
Manajemen Pemasaran sebagai Sebuah Art dan Science
Manajemen pemasaran merupakan sebuah art dan science. Sebagai sebuah art,
manajemen pemasaran bersifat unik untuk setiap organisasi, sebagai sebuah science, ada sebuah prosedur yang sudah
baku dan bisa diikuti oleh setiap organisasi. Bagaimana menurut Anda,
menggabungkan art dan science dalam mengembangkan strategi
pemasaran yang baik.
Menurut Kotler dan Keller (2012, p.27) pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai
dengan pihak lain. Untuk definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan
sebagai “seni menjual produk,” tetapi orang heran mendengar bahwa bagian yang
paling penting di pemasaran adalah bukan penjualan. Penjualan itu hanya
merupakan ujung gunung es pemasaran.
Selanjutnya,
pemasaran sering dianggap dari perspektif yang berbeda. Pemasaran merupakan
gabungan antara sebuah art dan science
sehingga proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dapat
terjadi sekaligus memuaskan kedua belah pihak dan menghasilkan keuntungan. Kotler
dan Keller (2012, p.27) mendefinisikan manajemen
pemasaran sebagai sebuah “art” dan “science” untuk memilih pasar sasaran serta
mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan,
penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.
Pemasaran sebagai sebuah Seni (Art)
Pemasaran diakui oleh beberapa orang sebagai
sebuah seni atau kita bisa menyebutnya keindahan inovasi, kreativitas dan
imajinasi. Banyak pemasar mencoba menggambarkan pemasaran sebagai sebuah
seni ketika mereka tidak dapat mengukur hasil mereka. Oleh karena itu mereka menyerahkan tanggung
jawab untuk program pemasaran mereka.
Mereka berpendapat bahwa pemasaran adalah kesempatan. Banyak ahli branding yang menyatakan dirinya berbicara tentang seni branding dan menolak untuk menghadapi
ilmu pengukuran. Pemasaran dianggap sebuah seni karena beberapa
alasan, salah satunya karena menciptakan koneksi sadar dan bawah sadar antara
konsumen dengan iklan yang merupakan elemen penting dalam proses pemasaran. Pemasaran juga merupakan sebuah seni karena
melibatkan cara-cara nonverbal, proses komunikasi yang melibatkan pesan halus
dan tersembunyi untuk audiens yang spesifik.
Ketika
komunikasi pemasaran menggunakan seni maka akan memiliki kemampuan untuk masuk ke kepala seseorang
dengan cepat dan efisien. Pendekatan artistik dapat
membangun pengenalan
merek dengan cepat dan menciptakan citra merek yang kuat yang menghubungkan
dengan konsumen pada tingkat emosional jika pesan disampaikan dengan benar. Merek atau produk ini diakui dapat menciptakan sesuatu yang sangat kuat yang
menciptakan loyalitas emosional yang tinggi terhadap produk tersebut.
Sebagai
contoh, minyak goreng Tropical. Dalam iklan minyak goreng Tropical, mereka menggunakan atribut "MINYAK GORENG
2X PENYARINGAN" yang mampu menggerus pangsa pasar pemain-pemain yang lebih
dulu bercokol seperti Bimoli. Dengan atribut ini, Tropical ingin menciptakan
persepsi kalau minyak gorengnya sehat bagi jantung. Ini diperkuat Tropical
dengan menggandeng Yayasan Jantung Indonesia (YJI) sebagai TPO (Third Party Organization) endorser,
sehingga dalam kemasan Tropical, logo YJI diletakkan berdekatan dengan merek
Tropical. Slogan iklan Tropical dibuat sejalan dengan tema kesehatan yaitu “Sayangi Jantung
Anda”. .Dengan seni pemasaran, mereka langsung menangani
konsumen akhir mereka karena setiap ibu rumah tangga membuat keputusan makanan.
Hasilnya dengan sadar
dan tidak sadar merupakan ikatan emosional antara konsumen dan produk (brand) dikembangkan. Tapi karya seni dapat menyampaikan berbagai makna sehingga juga
tergantung pada bagaimana diterima. Jadi kita dapat mengatakan pemasaran dapat
menjadi pengalaman (unik), tapi
tergantung pada reaksi individu ke arah itu.
Gambar 2. Minyak goreng Tropical dengan atribut
“Minyak Goreng 2X Penyaringan”
Untuk
meningkatkan perasaan individu terhadap produk, perusahaan menggunakan banyak
warna, dan warna ini juga digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang
sangat artistik. Sebagai contoh jika kita memeriksa
logo COCA-COLA, apa yang mereka sampaikan?
Ketika
kita berpikir tentang warna merah, apa hal pertama yang muncul dalam pikiran
Anda? Love dan Power. Itulah mengapa Coca-Cola memilih warna
ini untuk logo karena kecerahan dan percikan dalam warna merah membawa daya
tarik dan meningkatkan produk.
Gambar 3. Coca-Cola
dengan logo warna merah yang melambangkan Love
dan Power
Jadi kita dapat
mengatakan "pemasaran adalah sebuah seni".
Pemasaran sebagai sebuah ilmu (science)
Untuk
memudahkan dalam memahami bahwa pemasaran sebagai sebuah ilmu, kita analogikan
pemasaran paling dekat dengan Psikologi yang secara luas diakui sebagai ilmu.
Psikologi adalah studi tentang pikiran dan perilaku dalam kaitannya dengan
bidang pengetahuan tertentu atau kegiatan (Merriam-Webster, Inc). The American Marketing Association dalam
Kotler dan Keller (2012, p.27) mendefinisikan pemasaran sebagai: "Kegiatan, mengatur lembaga, dan proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, memberikan, dan bertukar penawaran yang
memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya."
Seperti
yang ditunjukkan oleh definisi AMA di atas, pemasaran melibatkan komunikasi
nilai yang diberikan kepada kelompok konsumen. Kita
percaya bahwa penentuan nilai ini adalah proses ilmiah karena melibatkan
kognitif mempelajari calon konsumen dalam berbagai cara untuk menghasilkan
hasil yang menguntungkan bagi pemasar. Sementara gagasan ini dapat dikatakan sebagai ilmu eksak. Proses penentuan nilai calon
pelanggan menggunakan array yang luas dari metodologi penelitian, analisis
data, angka-angka, metrik, survei, model peramalan, dan alat-alat lain yang
membantu seseorang atau komunikasinya untuk mendapatkan hasil yang
menguntungkan (yaitu pelanggan membeli apa yang Anda jual). Namun, karena penjualan lebih dari alat
komunikasi dan sering kali pemasaran keliru digambarkan sebagai penjualan.
Pemasaran tidak hanya meliputi kegiatan menjual tapi proses terus-menerus untuk
memperoleh titik data dan menganalisa titik-titik data melalui model matematika
atau ilmu pengetahuan untuk lebih memahami kebutuhan pelanggan. Kita dapat megatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pendekatan yang lebih obyektif untuk pemasaran dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif untuk memprediksi hasil masa depan.
Beberapa argumen untuk lebih meningkatkan pemahaman
tentang pemasaran sebagai sebuah art
and science:
Marketing
is both Art and Science
Banyak yang menganggap bahwa pemasaran adalah "seni" sebuah
bisnis.Memang
benar bahwa pemasaran yang baik akan bergantung pada tingkat besarnya kreativitas
dan pemikiran otak kanan. Hal
ini jarang dapat direduksi menjadi formula, statistik, dan aturan-aturan
keputusan.
Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa pemasaran yang baik merupakan
kreativitas yang berakar kuat dalam data. Pemasaran yang paling
baik dipahami sebagai tempat pertemuan untuk data dan intuisi, analisis dan
kreativitas, pemikiran otak kiri dan otak kanan.
Berikut adalah contoh kasus ketika
pemasaran menggunakan ketidakseimbangan seni atau ilmu,
menganggap bahwa pemasaran adalah semua
tentang ilmu pengetahuan, tapi tidak. Sementara kita dapat memprediksi
perilaku konsumen dan pasar dengan menggunakan metode ilmiah, keputusan
berdasarkan hasil ilmiah tidak selalu benar. Ambil contoh Coca-Cola misalnya. Mereka melakukan
riset pasar yang luas ketika mengembangkan produk baru – Coca Cola “baru”.
Mayoritas peserta dalam penelitian ini adalah mereka yang sangat positif
terhadap Coca Cola “baru”. Manajemen mendasarkan
keputusan mereka pada hasil-hasil riset dan yakin akan sukses ketika
mereka meluncurkan produk baru tersebut. Mereka kembali dengan angka analisis kuantitatif dan
mengklaim bahwa survei mereka mengatakan bahwa Coca Cola "baru" akan sepopuler soft drink yang paling trendi yang pernah ada.
Apa yang terjadi? Itu adalah bencana. Orang-orang menuntut Coca Cola “classic” kembali. Bahkan, Coca-Cola
harus meluncurkan Coca Cola “classic” ke pasar karena kegagalan Coca Cola
“baru”. Terlepas dari tingkat
investasi dan riset pasar yang besar, produk gagal dan buruk. Riset
tersebut gagal untuk mempertimbangkan
ikatan emosional yang telah dibangun selama bertahun-tahun dan ini tidak
sepenuhnya diukur dalam riset. It would seem that Coca Cola is an
emotionally based purchase decision. Disini terlihat bahwa Coca Cola adalah keputusan pembelian
berbasis emosional. Hal ini menunjukkan bahwa pemasaran tidak hanya
cukup sekedar ilmu pengetahuan.
Nilai unsur "kreatif" dari kampanye pemasaran dapat menjadi sulit untuk diukur, terutama di dunia di mana ukuran keberhasilan
adalah Return on Investment (ROI). Bagaimana kita bisa mengukur dampak kreatif dalam pemasaran
suatu produk dan kita bisa yakin bahwa ini adalah faktor yang
menentukan dalam keberhasilan suatu kampanye? Seni mengambil
pendekatan subyektif untuk metode dalam pemasaran (Saunders, 2009). Konsumen memandang bahwa pemasaran dipengaruhi oleh banyak faktor,
beberapa diantaranya yaitu sifatnya kuantitatif dan beberapa subyektif, citra
merek, dengan melihat atau merasakan, dan beberapa orang berdasarkan pengalaman pribadi.
Coca Cola menunjukkan risiko bahwa mereka tidak
memahami aspek "soft" atau
emosional pemasaran, dan hanya mengandalkan
data dan survei untuk menentukan strategi. Jelas bahwa pemahaman psikologi konsumen sangat
penting dalam positioning suatu produk. Panel konsumen dan
segmentasi ekonomi sosial dicoba dan diuji dengan metodologi yang baik dari
peluncuran suatu produk. Kebutuhan analisis ilmiah dalam
pemasaran jelas, tetapi apakah ilmu pengetahuan saja
cukup?
Pemasaran
yang baik membutuhkan campuran ilmu pengetahuan dan seni. Ilmu harus menjadi blok
bangunan pemasaran apapun, misalnya dengan menggunakan model perilaku belanja konsumen
atau demografis target pelanggan. Data ini akan menjadi
dasar dari bauran pemasaran. Berdasarkan seni, suatu produk dapat mengambil
alih dalam hal mengembangkan
pesan kepada konsumen yang tepat pada waktu yang tepat dengan cara yang paling
berdampak.
Seni menyediakan amunisi dalam
bentuk desain produk dan pesan emosional dalam bentuk gabungan proposisi untuk
konsumen, dan ilmu mengarahkan ini kepada kelompok pelanggan terbaik ke arah
perolehan barang atau jasa. Produk atau jasa yang berbeda
akan memiliki tingkat yang berbeda dari pembelian emosional atau rasional yang melekat pada
mereka dan sebagai konsekuensinya keseimbangan antara seni atau ilmu akan
berbeda-beda.
Kesimpulannya,
pemasaran merupakan
gabungan antara sebuah seni dan ilmu. Beberapa perusahaan akan mengatakan
bahwa mereka mengadopsi pendekatan murni kesenian atau karya ilmiah sedangkan
pada kenyataannya seni dan ilmu selalu hadir untuk beberapa derajat atau
lainnya. Untuk pemasaran yang efektif dan
memberikan ROI yang diminta oleh organisasi saat ini, pemasaran “adalah” dan “akan” selalu
berada di antara keduanya. Pemasaran adalah
sebuah seni yang harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Menggunakan ilmu
pengetahuan untuk menentukan keputusan besar dan menggunakan seni untuk
nuansanya. Yang paling penting ilmu pengetahuan harus memimpin dan mengukur, sedangkan
seni harus menginspirasi dan menciptakan, sehingga bisa mengembangkan strategi
pemasaran yang baik.
Langganan:
Postingan (Atom)